Kamis, 14 Oktober 2010

PERUSAHAAN TEH HIJAU (GREEN TEA) PD NUGRAHA GIRIMUKTI



BAPAK AGUS KUSNADI
PENGUSAHA PABRIK TEH HIJAU (GREEN TEA)
PD NUGRAHA DESA GIRIMUKTI

Desa Girimukti dengan lokasi geografis pegunungan menjanjikan beragam potensi pertanian dan perkebunan yang sangat menjanjikan. Salah satu produk unggulan dari sektor perkebunan yaitu tanaman pohon teh. Hampir 65% luas wilayah Desa Girimukti ditanami dengan pohon teh yang lebih dikenal dengan sebutan PIR (Perkebunan Inti Rakyat), yang mana hak milik dan pengelolaannya sepenuhnya oleh warga masyarakat.

Salah seorang penduduk yang memiliki jiwa wirausaha (enterpreneurship) sangat brilian dan mampu mengoptimalkan peluang dan nilai jual kondisi dan potensi Desa Girimukti melalui optimalisasi sektor perkebunan teh yaitu Bapak Agus Kusnadi. Melalui tangan dingin beliau sejak tahun 1994 di Desa Girimukti berdiri sebuah Pabrik Pengolahan Teh Hijau (Green Tea) dengan nama PD NUGRAHA. Berkat upaya, ketekunan dan kegigihan, tanpa mengenal lelah belau merintis pabrik teh tersebut yang secara langsung dapat menyerap tenaga kerja lokal. Saat ini lebih dari 10 orang pekerja yang membantu beliau mengolah bahan baku teh sampai siap dipasarkan. Berikut tayangan singkat proses pengolahan teh di PD. NUGRAHA :

 urutan pengolahan teh hijau di PD Nugraha adalah sebagai berikut :
1) Pengolahan didukung dengan kualitas pucuk pilihan dari kebun teh yang terpelihara, sehingga menghasilkan kualitas peco yang baik.
2) Proses penggerak menggunakan genset elektrik dengan kapasitas daya kurang lebih 100 kvg.
3) Proses penggilingan menggunakan jakson Marzal, sehingga menghasilkan permentasi air yang baik.
4) Proses pembakaran (Sunda : Layuan) menggunakan kayu bakar dengan kualitas kayu keras basahan yang baik.
5) Proses pengeringan (finishing) menggunakan booltea dengan kapasitas panas 150 derajat sampai 200 derajat celcius sehingga menghasilkan aroma yang baik.
6) Pengolahan oleh tenaga ahli sehingga menghasilkan produk dengan kualitas yang sangat baik.

Hasil pengolahan teh dari PD. NUGRAHA kualitasnya tidak dapat diragukan lagi mengingat proses pembakaran (Sunda " Layuan) menggunakan kayu bakar berkualitas dari pohon-pohon yang keras. Kemasan dalam proses pembakaran dibuat sedemikian rupa sehingga produk yang dihasilkan mengeluarkan aroma yang sangat wangi dengan tampilan yang sangat bersih.

Saat ini produksi teh dari PD. NUGRAHA dipasarkan ke Sukabumi sebagai distributor utama PT Teh Sosro Indonesia.

»»  READMORE...

Gunung Cikuray

Gunung Cikuray
Gunung Cikuray merupakan gunung tertinggi di Garut. Tingginya tercatat 2.821 meter dari permukaan laut. Karena ketinggiannya itulah, gunung ini sangat mudah dikenali dan dilihat dari berbagai arah. Letaknya berada di selatan Kota Garut, tepatnya di antara wilayah Cilawu dan Cikajang. Selain dikenal ketinggiannya, gunung ini juga menjadi simbol kekayaan alam Garut.
Menurut para ahli sejarah, Gunung Cikuray awalnya bernama Srimanganti. Di lereng gunung ini pada zaman dulu terdapat mandala (pemukiman para pendeta), yang menjadi tujuan untuk menuntut dan mengaji bermacam-macam ilmu. Mandala ini diberi nama Gunung Larang Srimanganti. Di tempat inilah tradisi kerajaan Sunda dalam bidang tulis-menulis berlangsung sampai abad ke-17. Banyak naskah Sunda kuno yang ditulis saat itu dan menjadi obyek penelitian para ahli sejarah hingga kini. Naskah-naskah itu saat ini tersimpan di Kabuyutan Ciburuy, Cigedug, Garut.
Selain itu, sejak abad ke-19 lereng Cikuray mulai dibuka untuk lahan perkebunan teh. Salah satu perkebunan teh yang terkenal saat itu adalah Perkebunan Waspada, yang berada di sekitar wilayah Cikajang. Perkebunan ini dikelola oleh Karel Frederik Holle (K.F. Holle) yang dikenal juga sebagai penasihat pemerintah kolonial Belinda untuk urusan masya¬rakat pribumi. Waspada menjadi terkenal karena Holle menjadikan perkebunan ini sebagai tempat bereksperii-nen yang menggabungkan bisnis dan idealisms kebudayaan dengan tujuan memberdayakan masyarakat pribumi. Mika lahirlah dari tempat ini berbagai inovasi di biding kebudayaan dan pertanian, di antaranya pembudidayaan ikan air tawar, peternakan domba, dan sistem sengked untuk lahan pertanian.
Sampai saat ini pun panorama clam Gunung Cikuray banyak diminati wisatawan, baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Banyak di antara mereka yang dating ke Cikuray tergoda untuk mendaki gunung sambil melihat pemandangan di sekitarnya yang indah. Walaupun gunung ini tidak memiliki kawah seperti Gunung Guntur atau Papapandayan, tetapi panorama alamnya tidak kalah menarik dari gunung lain di gunung sekitarnya.
Jika kita berada di puncaknya, akan nampak hamparan panorama yang menakjubkan. Di sebelah selatan akan tampak birunya Samudra Indonesia. Sementara di sebelah utara akan tampak hamparan Kota Garut. Malah kalau cuaca sedang baik, puncak-puncak gunung yang jauh pun bisa kelihatan. Selain itu para pendaki juga bisa melihat pemancar relay televisi yang dibangun di lereng Gunung Cikuray. Untuk bisa naik ke Gunung Cikuray ada dua jalan yang bisa ditempuh. Pertama melalui perkebunan Dayeuh Manggung yang bisa ditempuh dari jalan raga Garut – Singaparna, Tasikmalaya. Yang kedua bisa ditempuh dari perkebunan Giriawas, Cikajang.
»»  READMORE...

Sejarah Teh di Indonesia


Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang dibawa oleh seorang Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta.

Pada tahun 1694, seorang pendeta bernama F. Valentijn melaporkan melihat perdu teh muda berasal dari Cina tumbuh di Taman Istana Gubernur Jenderal Champuys di Jakarta. Pada tahun 1826 tanaman teh berhasil ditanam melengkapi Kebun Raya Bogor, dan pada tahun 1827 di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut, Jawa Barat.

Berhasilnya penanaman percobaan skala besar di Wanayasa (Purwakarta) dan di Raung (Banyuwangi) membuka jalan bagi Jacobus Isidorus Loudewijk Levian Jacobson, seorang ahli teh, menaruh landasan bagi usaha perkebunan teh di Jawa.


Pada tahun 1828 masa pemerintahan Gubernur Van Den Bosh, Teh menjadi salah satu tanaman yang harus ditanam rakyat melalui politik Tanam Paksa ( Culture Stelsel ).
»»  READMORE...

Manfaat Teh


Teh Hijau ( Green Tea )
Teh hijau adalah jenis teh yang juga tidak mengalami proses fermentasi akan tetapi mengalami proses pengeringan dan penguapan daun yang sedikit lebih lama dibandingkan teh putih.

Semua jenis teh mengandung katekin, akan tetapi saat ini teh hijau lebih populer karena kandungan katekinya lebih tinggi dibandingkan dengan teh hitam. Sehingga teh hijau lebih dikenal sebagai jenis teh yang dapat mencegah pertumbuhan penyakit kanker

Manfaat lain dari teh hijau adalah untuk mencegah dan menurunkan tekanan darah tinggi, menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL), resiko terkena stroke dan menghaluskan kulit.
»»  READMORE...

Nama latin dari TEH adalah Camelia Sinensis (keluarga Camelia)


Nama latin dari TEH adalah Camelia Sinensis (keluarga Camelia)

Pada umumnya, teh tumbuh di daerah tropis dengan ketinggian antara 200-2000 meter diatas permukaan laut. Suhu cuaca antara 14-25 derajat celsius. Ketinggian tanaman dapat mencapai hingga 9 meter untuk Teh Cina dan Teh Jawa, ada yang berkisar antara 12-20 meter tingginya untuk tanaman Teh jenis Assamica.

Hingga saat ini, di seluruh dunia terdapat sekitar terdapat 1500 jenis teh yang berasal dari 25 negara.

Untuk mempermudah pemetikan daun-daun teh, maka pohon teh selalu dijaga pertumbuhannya, dengan cara selalu dipangkas sehingga ketinggannya tidak lebih dari 1 meter.

Dengan ketinggian ini, maka sangatlah mudah untuk memetik pucuk-pucuk daun muda yang baik.

undefined
»»  READMORE...

Rendah, Apresiasi Konsumen terhadap Teh

Rendah, Apresiasi Konsumen terhadap Teh
Apresiasi konsumen Indonesia terhadap teh sebagai minuman, relatif masih rendah. Hal itu disebabkan keterbatasan informasi keragaman jenis dan kualitas teh, serta manfaat minum teh bagi kesehatan. Faktor lain rendahnya apresiasi terhadap teh, para pengolah teh kurang peduli terhadap kualitas dan teknik penyajian untuk mengisi pasar dalam negeri.
Menurut Kepala Dinas Perkebunan Jabar, H. Herdiwan, upaya mengatasi rendahnya apresiasi konsumen Indonesia terhadap teh, memerlukan langkah-langkah untuk meningkatkan konsumsi per kapita. Salah satu di antaranya, dapat dilakukan dengan promosi dan sosialisasi manfaat teh bagi kesehatan tubuh dengan lebih intensif.
"Festival teh merupakan satu bentuk kegiatan promosi teh yang sangat efektif. Festival ini akan diikuti seluruh stake holders dan instansi yang erat keterkaitannya dengan pengembangan agribisnis teh di Indonesia," katanya, Senin (27/8).
Menurut Herdiwan, menyadari pentingnya kegiatan festival teh, Pemprov. Jabar melalui Dinas Perkebunan Jabar memfasilitasi para pelaku agribisnis dan pemerhati teh menyelenggarakan Festival Teh 2007. Sedangkan pelaksanaannya, Jumat (31/8) - Minggu (2/9). Pembukaan pameran direncanakan Sabtu (1/9), oleh Gubernur Jabar.
Kegiatan strategis
Dalam festival itu akan disajikan pameran aneka produk teh (On Farm - Off Farm), penjualan aneka produk dan penunjang minum teh, serta agrowisata perkebunan. Selain itu, juga ditunjang berbagai kegiatan seperti talk show manfaat minum teh bagi kesehatan, fungsi dan peran perkebunan teh dalam menjaga kelestarian lingkungan, serta inovasi teknologi untuk meningkatkan efisiensi industri teh.
Herdiwan menilai, Festival Teh 2007 merupakan kegiatan strategis untuk meningkatkan apresiasi masyarakat tentang teh dan citra teh sebagai minuman bergengsi dan menyehatkan tubuh. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai dalam festival adalah meningkatkan persepsi masyarakat peminum teh agar tidak memandang teh sebagai minuman inferior, akan tetapi minuman yang mempunyai daya saing dengan minuman lainnya.
"Sasaran lainnya, adanya transaksi langsung, bertemu pembeli, serta membuat kontak bisnis dan membuka peluang investasi di bidang pertehan," katanya. (B.75)***
sumber :  http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/082007/28/0210.htm
»»  READMORE...

Di Mana Perkebunan Teh Terbesar di Jawa Barat?

Di Mana Perkebunan Teh Terbesar di Jawa Barat?
Perkebunan teh di Jawa Barat merupakan yang terbesar di Indonesia. Luas areal perkebunan mencapai 109.900 hektar atau 70 persen dari luas areal perkebunan teh di Indonesia. Tiap tahun produksi teh dari provinsi ini menyumbang sekitar 80 persen terhadap produksi teh nasional.
Areal perkebunan teh tersebar di Kabupaten Bandung, Sukabumi, Cianjur, Bogor, Purwakarta, Subang, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, dan Majalengka. Kabupaten Bandung adalah daerah penghasil teh utama di Jabar. Sekitar 42 persen produksi teh Jabar dihasilkan di kabupaten ini. Areal tanaman teh tersebar di Kecamatan Pangalengan, Ciwidey, Cipeundeuy, Cikalong Wetan, dan Pasirjambu.
Besarnya kontribusi teh kabupaten ini tak terlepas dari penanaman teh yang berkembang di wilayah pegunungan Bandung sejak tahun 1863.
Perkebunan itu dikembangkan oleh keluarga Holle, Kerkhoven, dan Bosscha. Tahun 1878, luas areal perkebunan teh berkembang pesat seiring dengan datangnya bibit teh unggul dari Assam yang tumbuh baik di wilayah pegunungan itu.
Bibit unggul itu dikembangkan oleh Andrian Walraven Holle, Albert Holle, dan Eduard Julius Kerkhoven di perkebunan Parakan Salak dan Sinagar. Rudolf Eduard Kerkhoven mengembangkannya di Perkebunan Arjasari dan Gambung (di selatan Ciwidey). Adapun KAR Bosscha menanamnya di Perkebunan Malabar, Pangalengan.
Kerja keras lima tokoh tersebut dalam membudidayakan teh mengantarkan produksi perkebunan itu menjadi komoditas yang menguntungkan. Awal abad ke-20, kualitas teh dari Jabar diakui dunia sebagi teh bermutu tinggi.
Tahun 1930, di Pulau Jawa terdapat 289 perkebunan teh, sebanyak 249 atau 87 persen di antaranya terdapat di Tatar Sunda. Hingga kini perkebunan teh tersebut masih berproduksi dan sebagian besar dikelola oleh PTP Nusantara VIII. (ERI/LITBANG KOMPAS)
»»  READMORE...

Rabu, 13 Oktober 2010

Melihat Lebih Dekat Pengolahan Teh



Seringkah Anda minum teh? Pernahkah terbayang bagaimana proses pembuatannya? Jangan iri, hari ini kami mengunjungi salah satu pabrik pengolahan teh terbesar di Jawa Barat, yang merupakan bagian dari PT. Perkebunan Nusantara VIII yang beralamat di Jalan Sindangsirna No. 4 Bandung. Perusahaan ini memiliki 24 pabrik pengolahan teh yang tersebar di seluruh Jawa Barat. Di Pengalengan sendiri setidaknya ada 7 pabrik pengolahan teh milik PT. Perkebunan Nusantara VIII dan yang kami kunjungi adalah Perkebunan Teh Malabar.

Perkebunan Teh Malabar dibuka pada tahun 1890 pada ketinggian 1550 meter dpl. Letaknya di Kecamatan Pengalengan, 45 km di sebelah selatan Kota Bandung.

Perkebunan Teh Malabar tidak saja terkenal dengan produk tehnya, melainkan juga keindahan alamnya yang memang mempesona. Selain itu tempat ini juga menyimpan catatan-catatan sejarah penting diantaranya bahwa Karel Albert Rudolf Bosscha, asal Belanda, telah mengabdikan pengetahuannya tentang teh di Perkebunan Teh Malabar hingga beliau wafat pada tahun 1928. Makam KAR Bosscha terletak di kawasan hutan lindung Perkebunan Malabar. Kursi yang masih tampak di situ, konon merupakan tempat beliau beristirahat setelah memeriksa kebun-kebun. Jejak berharga lain yang ditinggalkan oleh KAR Bosscha adalah Peneropong Bintang Bosscha di Lembang, Gedung Leger des Heils (Salvation Army) di Jalan Jawa Bandung, Sekolah untuk orang bisu dan tuli, pun perusahaan telepon untuk Bandung dan Priangan di Tegallega (sekarang PT. INTI).

Perjalanan menuju Perkebunan Teh Malabar yang panjang dirasa singkat karena kondisi jalan yang bagus dan di kanan-kiri nampak hijaunya perkebunan teh. Belum lagi kami menyaksikan sendiri penduduk setempat memetik pucuk teh. Kejadian langka bagi kami yang biasanya hanya menyaksikan hal tersebut di televisi.

Kawasan Perkebunan Teh Malabar sangat luas. Sebelum masuk kami harus melapor dulu kepada petugas, mengisi buku tamu dan mengenakan kartu pengunjung/visitor. Lantas kami diantar ke sebuah ruangan luas yang merupakan bagian dari bangunan pabrik oleh pak Panja. Di ruangan ini terdapat foto KAR Bosscha dan juga visi-misi perkebunan teh ini. Tak lama datang seorang pria yang selanjutnya akan mengantar kami berkeliling. Pak Agus, demikian beliau disapa, sangat ramah dan sabar. Tenang beliau mengajak kami menaiki anak tangga menuju lantai atas tempat pengolahan teh bermula.

Daun teh yang dipetik, awal mula melewati proses pelayuan yang memakan waktu 18 jam di sebuah tempat berbentuk persegi empat panjang bernama withered trough. Setiap 4 jam daun teh dibalik secara manual. Masing-masing withered trough memuat 1 - 1,5 ton daun teh. Fungsi dari proses pelayuan ini adalah untuk menghilangkan kadar air sampai dengan 48%.

Daun-daun teh yang sudah layu kemudian dimasukkan ke dalam gentong dan diangkut menggunakan monorel ke tempat proses berikutnya. Dari monorel, daun-daun teh dimasukkan ke mesin penggilingan. 1 mesin memuat 350 kg daun teh dan waktu untuk menggiling adalah 50 menit. Setelah digiling, daun teh dibawa ke tempat untuk mengayak. Proses untuk mengayak ini terjadi beberapa kali dengan hasil hitungan berdasarkan jumlah mengayak: bubuk 1, bubuk 2, bubuk 3, bubuk 4 dan badag.

Proses berikutnya adalah fermentasi. Bubuk 1 sampai bubuk 4 difermentasi dalam waktu berbeda :

Bubuk 1 = 120 menit
Bubuk 2 = 80 menit
Bubuk 3 = 60 menit
Bubuk 4 = 50 menit

Sementara itu hasil ayakan terakhir yaitu badag tidak melewati proses fermentasi. Badag dan bubuk-bubuk yang telah melewati proses fermentasi kemudian dibawa ke ruangan berikutnya untuk dikeringkan. Lamanya proses pengeringan adalah 23 menit dengan suhu 100 derajat Celcius. Bahan bakar untuk proses pengeringan ini adalah kayu dan batok kelapa untuk rasa yang lebih enak.

Usai dikeringkan daun teh dibawa ke ruang sortasi. Ada 3 jenis pekerjaan yang dilakukan di ruang sortasi. Pertama; memisahkan daun teh yang hitam dan yang merah dengan menggunakan alat yang disebut vibro. Kedua; memisahkan yang besar dan yang kecil. Ketiga; memisahkan yang berat dan yang ringan.

Setelah semua proses selesai dikerjakan maka daun-daun teh harus diperiksa dulu (quality control). Bila daun teh tersebut memenuhi standar maka akan dikemas di tempat penyimpanan sementara (disimpan di dalam tong plastik berukuran besar). Bila sudah siap untuk dipasarkan, contohnya di ekspor, maka daun teh yang siap dipasarkan tersebut akan dikemas ke dalam papersack.

Yang perlu diingat adalah dari semua pengolahan teh, selalu ada arsip/contoh untuk menghadapi klaim dari pihak luar/konsumen.

Informasi pak Agus, proses pengolahan teh secara keseluruhan adalah 24 jam. Dimulai dari proses pelayuan hingga pengepakan. Dan Anda tidak perlu ragu karena teh hasil olahan dari Perkebunan Teh Malabar berkualitas baik. Hal ini dibuktikan dengan standarisasi yang mereka ikuti saat ini; sistem ISO 9000. Bila ada kenaikan standarisasi lagi, Perkebunan Teh Malabar pasti akan menurutinya.

Melihat lebih dekat pengolahan teh memang mengasyikkan. Apalagi guide-nya seramah pak Agus. Kami sudah menyaksikannya sendiri. Bagaimana dengan Anda?
»»  READMORE...
»»  READMORE...

PERUSAHAAN TEH HIJAU (GREEN TEA) PD NUGRAHA GIRIMUKTI



BAPAK AGUS KUSNADI
PENGUSAHA PABRIK TEH HIJAU (GREEN TEA)
PD NUGRAHA DESA GIRIMUKTI

Desa Girimukti dengan lokasi geografis pegunungan menjanjikan beragam potensi pertanian dan perkebunan yang sangat menjanjikan. Salah satu produk unggulan dari sektor perkebunan yaitu tanaman pohon teh. Hampir 65% luas wilayah Desa Girimukti ditanami dengan pohon teh yang lebih dikenal dengan sebutan PIR (Perkebunan Inti Rakyat), yang mana hak milik dan pengelolaannya sepenuhnya oleh warga masyarakat.

Salah seorang penduduk yang memiliki jiwa wirausaha (enterpreneurship) sangat brilian dan mampu mengoptimalkan peluang dan nilai jual kondisi dan potensi Desa Girimukti melalui optimalisasi sektor perkebunan teh yaitu Bapak Agus Kusnadi. Melalui tangan dingin beliau sejak tahun 1994 di Desa Girimukti berdiri sebuah Pabrik Pengolahan Teh Hijau (Green Tea) dengan nama PD NUGRAHA. Berkat upaya, ketekunan dan kegigihan, tanpa mengenal lelah belau merintis pabrik teh tersebut yang secara langsung dapat menyerap tenaga kerja lokal. Saat ini lebih dari 10 orang pekerja yang membantu beliau mengolah bahan baku teh sampai siap dipasarkan. Berikut tayangan singkat proses pengolahan teh di PD. NUGRAHA :

 urutan pengolahan teh hijau di PD Nugraha adalah sebagai berikut :
1) Pengolahan didukung dengan kualitas pucuk pilihan dari kebun teh yang terpelihara, sehingga menghasilkan kualitas peco yang baik.
2) Proses penggerak menggunakan genset elektrik dengan kapasitas daya kurang lebih 100 kvg.
3) Proses penggilingan menggunakan jakson Marzal, sehingga menghasilkan permentasi air yang baik.
4) Proses pembakaran (Sunda : Layuan) menggunakan kayu bakar dengan kualitas kayu keras basahan yang baik.
5) Proses pengeringan (finishing) menggunakan booltea dengan kapasitas panas 150 derajat sampai 200 derajat celcius sehingga menghasilkan aroma yang baik.
6) Pengolahan oleh tenaga ahli sehingga menghasilkan produk dengan kualitas yang sangat baik.

Hasil pengolahan teh dari PD. NUGRAHA kualitasnya tidak dapat diragukan lagi mengingat proses pembakaran (Sunda " Layuan) menggunakan kayu bakar berkualitas dari pohon-pohon yang keras. Kemasan dalam proses pembakaran dibuat sedemikian rupa sehingga produk yang dihasilkan mengeluarkan aroma yang sangat wangi dengan tampilan yang sangat bersih.

Saat ini produksi teh dari PD. NUGRAHA dipasarkan ke Sukabumi sebagai distributor utama PT Teh Sosro Indonesia.

»»  READMORE...

TEH EXPORT UTAMA GARUT

Teh Hitam, Peringkat Pertama Ekspor Garut

Garut, 9 Juli 2002 10:16
Dari sembilan jenis komoditi unggulan Kabupaten Garut, Jabar, yang selama ini diekspor ke berbagai negara di kawasan Eropa, Amerika Serikat, Jepang, Singapura, Malaysia dan negara lainnya, dalam empat tahun terakhir ini teh hitam menduduki peringkat pertama, baik volume maupun nilai ekspornya dibanding teh hijau Jepang, karet, bulu mata palsu, minyak akar wangi, jaket kulit, kulit tersamak, kain sutera, serta minyak nilam.
»»  READMORE...

TEH DI KABUPATEN GARUT

Peluang Investasi
Agribisnis Pengolahan Teh Hijau


Peluang Investasi
  • Pengolahan Teh Hijau
Sentra Produksi
  • Kecamatan Cikajang
  • Kecamatan Banjarwangi
  • Kecamatan Singajaya
  • Kecamatan Pakenjeng
  • Kecamatan Talegong
Deskripsi Usaha
  • Tujuan : Produksi teh hijau dalam bentuk kemitraan petani dengan pengusaha.
  • Jenis Produk yang dihasilkan : teh hijau
  • Target Pemasaran :
    • Grade 1 (65%) : ekspor, pasar swalayan dan hotel
    • Grade 2 (25%) : pasar lokal dan pabrik minuman teh
    • Grade 3 (10%) : pasar tradisional
  • Skala Usaha Tani :
    • Skala Kecil (0.5 Ha s.d. 15 Ha)
    • Skala Menengah (> 15 Ha s.d. 50 Ha)
    • Skala Besar (> 50 Ha)
  • Alternatif Lokasi Pengolahan Teh:
    • Mendekati sentra produksi usaha tani teh
    • Kecamatan Pamulihan
    • Kecamatan Pakenjeng
Sarana dan Prasarana Wilayah
  • Sarana Produksi : Tersedia
  • Sarana Transportasi : Tersedia (Jalan, Angkutan umum dll )
  • Kondisi Lahan dan Jarak lokasi dari Ibukota Garut
    Kecamatan
    Jenis Tanah
    Ketinggian
    Jarak
    Pakenjeng
    Pamulihan
    Andisol
    Andisol
    0-400m dpl
    150-600m dpl
    73 Km
    70 Km
  • Prasarana
    • Perekonomian : Pedagang perantara, pasar, koperasi, bank
    • Listrik & Telekomunikasi : Tersedia di beberapa Kecamatan
    • Jalan Propinsi dan Kabupaten dalam kondisi baik bisa dilewati kendaraan roda empat
    • Sumber daya manusia :
      - Tenaga kerja buruh tani : Tersedia
      - Tenaga kerja terlatih : Tersedia
Dampak Positif
  • Meningkatkan devisa negara
  • Meningkatkan pendapatan petani teh dan menggerakan perekonomian daerah
  • Meningkatkan usaha agribisnis terpadu komoditas teh rakyat
  • Membuka kesempatan kerja baru
  • Meningkatkan nilai komoditas teh
Program Yang Dapat Mendukung
  • Program pengembangan agrobisnis tanaman perkebunan secara terpadu
  • Program pengembangan system informasi pasar, harga komoditas perkebunan dan teknologi pengolahan
Usaha Ikutan
  • Pengolahan minuman kemasan yang menggunakan bahan baku teh
  • Adanya kegiatan-kegiatan usaha baru untuk mendukung aktivitas pabrik pengolahan teh
Perkiraan Biaya dan Evaluasi Finansial
(Usaha pengolahan teh hijau, kapasitas produksi 100 ton pucuk teh per bulan)
 
Modal kerja awal (3 bln)
: Rp.253.400.000
 
Modal Investasi
: Rp.303.095.000
 
Total Biaya
: Rp.1.028.800.000
 
ROI
: 16%
 
IRR
: 38,1%
 
NPV (18%)
: Rp.1.326.138.620
 
Payback periods
: 2,16 tahun
 
BEP
: Rp.2.963.749.844

Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal

»»  READMORE...